Ingin Anak Cinta dan Paham
Al-Quran Sejak Dini?
Mengenalkan tafsir Al-Quran
pada anak sejak dini dengan cara …
Kreatif
Menyenangkan
Membuat anak penasaran
Mengasyikkan!
Banyak orangtua memasukkan anak ke berbagai les karena takut
anak tidak mampu bersaing. Tapi, apakah orangtua juga
takut jika anak tidak bisa membaca apalagi paham Al-Quran?
Berikut ini ada beberapa tipas agar anak/adik kita mencintai Al-Quran:
1. Mulailah dari Ayah dan Bunda sendiri yang mencintai Al-Quran!
Pemerhati pendidikan Hernowo mengatakan, anak-anak itu seperti mesin
fotocopy; mereka adalah peniru ulung! Mereka meniru apa pun yang dilihat
dan didengar dari lingkungannya … dan lingkungan pertamanya adalah
orangtua!
2. Bacakanlah Al-Quran sejak bayi masih dalam kandungan (sejak
kandungan 4 bulan, janin sudah bisa mendengar). Bacakanlah Al-Quran atau
perdengarkan muratal dalam berbagai kesempatan: ketika sedang
menidurkan, menyusui, ketika anak bermain …. Intinya, anak terbiasa
mendengar bacaan Al-Quran (bukan memaksa anak untuk mendengarkannya).
“Tapi … ketika saya hamil dan anak saya masih bayi, saya jarang sekali membacakannya Al-Quran. Saya sangat menyesal …!!!”
Ayo, Bu-Pa, belum terlambat!!!
Seorang bocah penghapal Al-Quran, orangtuanya hanyalah orang biasa;
bukan ustadz, bukan kyai, bukan pula santri. Malah pada awalnya, mereka
tidak terlalu peduli dengan agama. Tapi kemudian mereka sadar dan segera
memperbaiki diri.
3. Jadi mulai sekarang, sering-seringlah membaca atau mendengarkan
Al-Quran di depan anak. Ini bukan pamer, tapi untuk menunjukkan minat
Ayah dan Bunda terhadap Al-Quran.
“Tapi … bacaan Al-Quran saya kurang bagus.”
“Saya malu, saya belum bisa baca Al-Quran ….”
4. Yuk, belajar Al-Quran bersama anak, atau di depan anak. Anak tidak
akan meremehkan. Justru mereka akan berpikir, “Al-Quran ini pasti
sesuatu yang menyenangkan. Sampai-sampai Ayah dan Bunda ngotot ingin
mempelajarinya.”
5. Bercerita tentang kisah-kisah dalam Al-Quran.
Kak Andi Yudha, dalam bukunya Cara Pintar Mendongeng, menjabarkan
puluhan manfaat dongeng bagi anak. Sementara Mem Fox, dalam bukunya
Reading Magic, bahkan mengatakan bahwa membacakan cerita akan mengubah
hidup anak selamanya!
Jadi, mengapa tidak menceritakan kisah-kisah dalam Al-Quran? Pastinya, ada berbagai hal yang tidak akan habis-habis diceritakan.
Dan berceritalah seekspresif mungkin

Kalau bisa, gunakan media walaupun sederhana. Misalnya, sendok dan
ketel untuk efek suara. Bisa juga orangtua mencari suasana yang berbeda,
misalnya bercerita di kolong meja.
Percayalah, anak tidak akan bosan mendengar cerita yang sama. Sudah 1
bulan saya membacakan seri Halo Balita hampir setiap hari, dan anak
tidak pernah bosan. Justru malah semakin bersemangat!
6. Membaca Al-Quran atau buku bersama anak. Selain mengasyikkan,
melakukan kegiatan bersama-sama membuat anak dan orangtua semakin akrab.
Apa pun yang dibaca, Ayah dan Bunda bisa menghubungkannya dengan
Al-Quran atau Hadits. Misalnya, ketika membaca tentang berbagai jenis
pekerjaan, Ayah dan Bunda bisa menghubungkannya dengan QS Al-Lail [92]
ayat 4. Kata Allah, “Sesungguhnya, mata pencaharianmu bermacam-macam.”
Oya, sekarang tersedia tafsir Al-Quran lengkap 30 juz dalam bahasa
anak, yaitu seri I Love My Al-Quran. Ada juga Ensiklopedi Bocah Muslim,
buku referensi pengetahuan yang disampaikan dalam kerangka tauhid.
7. Biarkan anak bercerita. Misalnya, ketika membacakan Cerita
Binatang dalam Al-Quran (untuk yang ke-sekian puluh kalinya), tiba-tiba
anak berkata dengan semangat, “Oh, aku tau lanjutannya. Habis ini, si
guguk akan … bla bla bla …!”
Anak merasa gembira dan bangga ketika bisa bercerita kepada kita! Kebiasaan ini juga melatih anak berani berbicara.
Orangtua juga bisa mengajukan pertanyaan ketika anak bercerita, untuk
merangsang daya pikir, imajinasi, serta melatihnya berani mengungkapkan
gagasan.
8. Bangkitkan rasa ingin-tahunya. Misalnya dengan membuat cerita
bersambung, melontarkan pertanyaan menarik, dan tidak selalu menjawab
pertanyaan anak. Carilah informasi bersama anak. Ini sangat
mengasyikkan!
9. Ajaklah anak mencintai Al-Quran melalui hobinya.
Misalnya, anak Ibu hobi memasak. Ajaklah ia memasak bersama. Ibu juga bisa bercerita tentang QS Al-Maidah yang berarti hidangan.
Ketika memasak udang, Ibu bisa bercerita tentang persahabatan udang buta dan ikan gobi.
“Udang buta dan ikan gobi menjalin persahabatan yang kompak. Udang buta
menggali lubang untuk tempat tinggalnya bersama-sama ikan gobi. Jika ada
musuh, ikan gobi akan memberi tahu udang buta.” (Ensiklopedi Bocah
Muslim, Jilid 10, hal.

Nah, kata Allah, “…tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan. Tapi jangan
saling menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan ….” (QS Al-Maidah
[5] ayat 2).
10. Hiasi rumah, terutama kamar anak dengan hiasan Islami. Di toko
buku banyak dijual poster-poster cantik-unik-atraktif berisi doa,
surat-surat pendek, cara berwudhu, shalat, dll.
11. Siapa sih yang tidak suka bersenandung dan mendengarkan musik?
Nah, daripada mendengarkan musik yang bisa membuat lupa diri, lebih baik
putarlah musik yang mengingatkan pada kebaikan. Dalam seri I Love My
Al-Quran, ada loh lagu-lagu yang membantu kita memahami surah-surah
pendek dalam Al-Quran!
12. Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui bermain, anak belajar
sangat banyak hal yang akan mempengaruhi hidupnya! Bahkan, penelitian
menunjukkan, bermain merupakan salah satu cara terbaik bagi anak untuk
belajar!
Melalui bermain, sebenarnya anak belajar bereksplorasi, bereksperimen,
mengenal diri, bersosialisasi, berkonsentrasi, memupuk rasa percaya
diri, toleransi, dan masih banyak lagi!
Jadi, jangan pernah memisahkan anak dari bermain. Kita tinggal mengarahkannya pada permainan kreatif dan edukatif.
Oya, dalam seri I Love My Al-Quran, ada loh permainan ular tangga yang membuat kita mengenal semua surah dalam Al-Quran!
Kenalkan Bayi pada Al-Quran!
“Apa pun yang pertama kali diperkenalkan kepada bayi, itulah yang
akan akrab dengannya. Apa pun yang kita berikan kepada mereka, itulah
yang akan melekat sampai mereka memasuki tahun-tahun kehidupan
setelahnya. Jadi, mengapa hanya memperkenalkan makanan dan mainan?
Mengapa tidak buku?* Mengapa tidak Al-Quran?”
dikutip dari Ibunda Aini. Membaca & Menulis Seasyik Bermain. Bandung: Read!, 2006. (Hal. 53)
Masih banyak cara lain untuk membuat anak cinta Al-Quran. Namun
intinya, membuat anak cinta Al-Quran bukanlah sesuatu yang tiba-tiba
terjadi. Membutuhkan proses panjang, usaha, dan kesabaran. Ayah dan
Bunda harus mau “bersusah-susah payah dahulu, namun bersenang-senang
kemudian”.